Emak, Srikaya, dan Haji

Aku mimpi di belakang rumah di desaku ada pohon srikaya. Kira-kira ada sekitar empat buah srikaya yang tampak retak, tanda ranum. Aku kemudian memetiki satu-persatu buahnya. Di belakangku, murid-murid emak mengintip di balik bangunan yang bolong dan dengan riuh meminta sebagian srikaya yang kupetikin. Tapi aku sama sekali tak menggubrisnya. "Dasar peliiit!." Suara-suara dari bangunan dan dari diriku sendiri sama sekali tak kupedulikan karena saking asyiknya aku memetiki dan mencicipi manisnya buah srikaya. Aku membelah, memakani tiap helai dari belahan srikaya-srikaya itu dan membuang bijinya dengan cara disebul, "fuh!" ke bawah pohon srikaya. Kemudian, aku ngeloyor pulang begitu saja sambil membawa tiap belahan srikaya lain yang belum kumakan.

Setelah memetiki beberapa buah srikaya itu, aku bergegas menuju sebuah kamar yang sudah sangat kukenal. Di dalam kamar itu, kulihat emak sedang tiduran. Beberapa buah srikaya yang sudah kumakan separo-separo itu lalu kusuapin ke emak, sambil kubelai rambutnya yang ikal. Emakku lalu memakan suapan daging srikaya itu satu per satu dan mak jeganggik langsung duduk karena mau bercerita. "Laa.. Aku wes haji", dhawuh beliau. Aku kaget lalu bertanya, "Njenengan sampun haji?." "Iyo.. Diterne cah lanang, sing ndaftarne sampeyan," Jawab beliau. Beliau lalu mengajakku ke teras, menunjuk pohon mangga di depan rumah dan muridnya, gadis kecil bertubuh ceking dan berkerudung merah. Kata beliau, muridnya yang itu bagus dan nanti dia akan ngajar juga seperti Emak. Beliau lalu bertanya pendapatku mengenai anak kecil itu?. Aku mantuk-mantuk saja padahal ndak kenal siapa dia.

Lalu aku terbangun.

Kuingat-ingat kembali memang Emak pernah didaftarin haji. Waktu itu demi harapan berangkat lebih cepat, Beliau sampai didaftarin ikut jamaah di Jawa bagian barat. Apa daya, takdir berkata lain. Beliau tidak dipanggil ke Mekkah tapi ke hadapanNya langsung sehingga uang buat berhaji akhirnya buat jariyah atas nama beliau. Sedikit bingung aku bertanya-tanya, "bagaimana beliau bercerita sudah haji?" Mas Iqbal yang setengah sadar menyeletuk, "Waktu itu bukannya ada orang Jember tetangganya Mas Fai ada yang biasa haji dan sanggup badalin?." Lamat-lamat kuingat kembali dan sepertinya memang iya, pernah ada orang yang mau niat badalin Emak. Alhamdulillah... Semoga memang sudah ditunaikan.


Sumber foto: Flickr

Komentar

Populer