Review Perjalanan ke Makau

Guangzhou, 15 Juli 2019

"Belum lengkap ke Mainland kalau belum ke Makau." Demikian kata salah satu teman di sini. 

Tahun ini ada seorang mahasiswa yang telah menyelesaikan studinya di Guangzhou dan menginisiasi untuk berkunjung ke Makau sebelum kembali ke Indonesia. Wah kalau kebayang Makau, ingatanku langsung ke artis idolak jadulku, Stephen Chow dan film God of Gamblers. Semua film doi kutonton berkali-kali dan tidak pernah bosan. Mihihihi.

Mahasiswa tersebut adalah Pak Taufik, yang mengetuai rombongan terdiri dari Mada, Kang Syafak, Mas Iqbal dan Aku. Kami semua percaya diri karena ada Mada yang pernah ke sana dan telah merancang rencana perjalanan sebelumnya. Berikut rencana perjalannnya:

1. Ketemu di Stasiun Shi Ba Qiao

2. Nunggu Bus bareng di Shi Ba Qiao

3. Perkiraan sampai Makau pukul 11.00-12.30

Tempat-tempat rencana yang dikunjungi:
1. Ruins of St. Paul: Bus No.17 (6MOP/orang) 12.30-14.00
2. Senado Square: Jalan kaki 14.00-15.30
3. Macau Tower: Naik Bus No. 5 15.30-17.30
4. Venetian: Naik Bus No. 26 17.30-19.30
5. Imigrasi dan keluar Imigrasi: Bus No. 25 19.30-20.00
6. Bus Imigrasi ke Zhan Bus antar kota 20.15
7. Bus pulang ke Guangzhou (dxc)

Hari sebelumnya, aku udah berencana untuk membawa dollar di laci. Tapi karena lupa, besoknya aku malah bawa nasi 5 mangkok, lauk kering, dan roti. Sadarnya pas udah ketemu rombongan di Shi Ba Qiao. "Wah aku lupa bawa dollar," kataku. "Gapapa, nanti juga ada yang bawa duit, pinjam dulu aja," kata Mas Iqbal. Nah, pas naik bus, dibayarin Mada dan kata Mada, "gampang koq nanti ambil duit pakai atm di Makau." Fiuuuh. Selameeet. Haha. 

Sesampainya di Makau yang ditandai dengan tulisan-tulisan berbahasa Portugis, ternyata tidak ada yang membawa uang sehingga akhirnya hanya bisa berharap dari kartu atm. Rogoh merogoh, hanya ada 1 orang yang bawa kartu atm, yaitu Mas Iqbal. Ternyata satu-satunya kartu atm yang dibawa adalah kartu atm keluaran sebuah bank di Cina. Sedangkan kartu atm dari Indonesia semua ketinggalan di rumah. Hahaha. Walhasil, setelah muter-muter nyari mesin atm, pas narik uang tunai, lhakok ndilalah uangnya tidak bisa keluar. Haha. Ternyata kalau memakai kartu atm keluaran bank China, uang kita cuma bisa diambil di mesin atm di Cina, tidak bisa di Makau. Yang bisa tarik tunai hanya yang punya kartu penduduk Cina. Mungkin untuk menghindari kasus pencucian uang. Tapi kalau orang Indonesia dan memakai kartu keluaran bank dari Indonesia tentu saja bisa. 

Tidak ingin perjalanan berakhir mbambung, akhirnya kita merogoh saku dan tas masing-masing lagi. Akhirnya, Pak Taufik nemu duit 55 Yuanan (Rp. 110.000), dan aku nemu 80 yuan (Rp. 160.000). Ndilalah, ada money changer di depan kami sehingga kami bisa menukarkannya. Kang Syafak dan Mas Iqbal pun nemu lagi uang rupiah Rp. 50.000 an. Daaan ternyata rupiah di sini laku!! Yeeey!! Jadilah, kami berlima jalan-jalan ke Makau dengan uang total 200 MOP an atau  sekitar Rp. 300.000,-

Terima kasih Zhongguo Renmin Yinhang, Terima Kasih, Garuda, Terima kasih MOP :-D

Di tengah perjalanan, perut kami mulai kemruyuk. Di sini, aku baru menyadari bahwa nasi yang kubawa ternyata ada gunanya. Untungnya lagi, Mada ada rekomendasi tempat makan murah di salah satu sudut taman. Aku lupa tempatnya pokoknya naik bus sekali dan jalan sedikit. Di taman tersebut, ada penjual lauk yang ternyata TKW asal Indonesia. Harganya berkisar sekitar 20 MOP an per lauknya. 

Penampilan kami Mafioso, dompet kami Fergusso :-D

Dari taman tersebut, kami diberi tahu bahwa 10 menit dari taman tersebut, ada sebuah masjid tua. Karena waktu dzuhur masih ada, kami kemudian menelusuri jalan nyasar ke kanan, ke kiri, sampai akhirnya menemukannya dengan bantuan Mbak X dari Kendal. Sesampainya di masjid, ternyata sedang ada pengajian sholawatan yang dihadiri para pekerja Indonesia. Pas aku wudhu di belakang masjid, mak jeganggik! ada TKW bernama Mbak Yati, langsung nawarin makan. "Ayo, maem-maem sek lhoo." Aku langsung ndomblong. "Tapi wong limo i, Mba," jawabku. "Rapopo, kon maem nang mburi," kata Mbaknya. "Tapi lanang-lanang i Mbak, kancaku." "Rapopo, wes gowonen kabeh ki nang ngarep. Es e barang gawanen kabeh ya," kata Mbaknya dengan mantap. Satu termos es dan makanan pun kubawa ke depan untuk disantap bareng-bareng. Ditemani iringan sholawat, semilirnya angin pepohonan dan laut di belakang masjid, beberapa akhirnya ketiduran di teras. Pulangnya, ada pengunjung yang memberikan minyak wangi ke bapak-bapak. "Sebagai hadiah," katanya.



Gerbang masjid de Macau



Es buah racikan Mba Yati

Pemandangan belakang masjid

Karena uang tinggal 30 MOP dan hari sudah sore, rencana perjalanan yang awalnya menuju tower, gereja, dan venetian akhirnya berubah menjadi yang terdekat dari situ saja, yakni Venetian. Sesuai namanya, tempatnya dibuat seperti Venetia. Pas ngelihatin kalinya, ada couple sedang bulan madu naik perahu sih. Jadi mupeng pengen naik juga, apadaya duit pun tak dee hahhaa. Yah, namanya juga pengen. Gak harus diturutin kan?.  Setelah muter-muter, nabung ke toilet, akhirnya kembali deeeh ke GZ.


Sweet couple

Ini antara pengen nunjukin lukisan, toilet, dan efek cahaya sih sebenernya :-D

Begini juga udah sweet koq :-D

Zai Macau, Hen Piao Liang!! Zai Jian...!!!  ^_^





Komentar

Populer